Bahagia dengan Hidup Kekinian
Bahagia dengan Hidup Kekinian
Merencanakan
masa depan memang menjadi hal yang penting, berbagai tokoh mulai dari motivator
praktisi hingga orang tua sendiri menyarankan itu. Tujuannya satu, dengan
merencanakan apa tujan kita, apa yang akan kita lakukan besok dan setelahnya dapat
mempermudah kita mendapatkan apa yang kita mau. Merasa bahagia awalnya dari
sana, katanya.
Tapi
selain mengingat masa depan, gak jarang juga kita diingatkan dengan masa lalu.
Tentang apa pun itu, mulai dari penyesalan kenapa gak ambil jurusan ini, kenapa
gak ikut komunitas ini dan sebagainya. Bijaknya, masa lalu itu berguna untuk memperbaiki
masa depan. Belajar dari masa lalu supaya kesalahan gak terulang lagi, gitu sih
katanya.
Tapi...
Kalau
bahagia yang kita inginkan,
Bukannya
berada di masa depan hanya akan membuat kita resah? Takut semua rencana gak
tercapai, takut gak sesuai dengan harapan.
Bukannya
berada di masa lalu hanya akan membuat kita merasa menyesal? Menyesali hal-hal
yang telah terjadi dan ingin diulang sendanyai punya kesempatan.
Kemarin,
saya gak sengaja baca dan mendengar sharing
dari Adjie Silarus. Dari dia saya tau bahwa syarat bahagia adalah sadar bahwa
kita hidup dimasa sekarang. Bukan di masa lalu yang penuh rasa sesal ataupun di
masa depan yang penuh rasa cemas, kalau pake bahasa dia sadar penuh hadir utuh. Menyadari bahwa diri kita berada di masa
sekarang, mulai dari merasakan setiap tarikan nafas, fokus ketika berada di
kelas (dengan pikiran tidak melayang kemana-mana), dan kegiatan sehari-hari
lainnya akan merangsang kita untuk bersyukur dan menikmati hidup.
Ternyata
yang dibilang orang tentang bahagia itu emang sederhana. Sesederhana hidup di
masa kini. Hidup kekinian.
Komentar
Posting Komentar